Saya Memilih Jomblo

Jatuh Cinta merupakan anugerah, yang Tuhan berikan pada hamba-Nya. Sebuah nikmat yang tidak bisa dihitung. Jatuh cinta bisa membuat rasa sakit dan bahagia, tergantunng seseorang itu menjatuhkan rasa cintanya. cinta memang tak mungkin dipaksa tiada kerana itu anugerah, namun ia bisa ditata agar sesuai dengan syariah. Sesorang mempunyai daya trik tersendiri untuk mengungkapkan rasa cintanya.

Tak selamanya mencintai itu  memiliki, terkadang cinta harus melepas pergi, jauhkan yang dicintai dari api. Ya, ini kalimat ini persis apa yang saya rasakan sekarang.

Ada yang pernah bertanya, “Kak pernah merasakan jatuh cinta tidak?”. dengan cepatnya aku langsung menjawab sambil menganggukan kepala. Lalu, melanjutkan pertanyaan lagi. “Pernah yang namanya pacaran tidak?”. pertanyaan pertama sedikit  mengingat masa laluku.

Memang dulu aku pernah merasakan jatuh cinta, dan pernah merasakan yang namanya “pacaran” bahkan hampir setahun. “Loh kenapa kok putus?”. Pacaran hampir setahun dan itu terjadi dua kali dalam hidupku, namun yang pertama hanya beberapa bulan saja. Dan semuanya kandas ditengah jalan. Ah, mungkin ini bukan kandas, ini sebuah pilihan!

Dulu, Ketika hubungan kami baik-baik saja. Sedikit bahagia, dan sepertinyanya banyak galaunya, ya namanya juga pacaran pasti banyak galaunya. Kenapa? Entar deh dilanjut lagi.

Yang aku tahu pada masa itu, menurutku pacaran itu ya sah-sah saja. Hehe bodoh!. Tapi  banyak juga yang mengatakan tidak boleh, karena dalam islam tak dianjurkan. Karena memang ini soal perasaan, ya hubungan kami masih tetap dilanjutkan, tidak perdulikan omongan orang.

Makin lama aku makin geram dan sekaligus penasaran. Teman bahkan guru terdekatku mengatakan pacaran itu memang tidak boleh, aku tak perdulikan lagi. Masa bodo apa kata orang yang penting hubungan kami baik-baik saja (padahal banyak galaunya).

Semakin banyak galaunya membuat aku tidak nyaman menjalani hidup ini, saya coba memikirkan kenapa pacaran selalu banyak galaunya, walaupun ada bahagia ujung-ujungnya juga pasti galau lagi. -_-
Rasa mau tahu hadir dalam benakku. Mencari tahu hukum tentang pacaran itu bagaimana dan seperti apa? Pada dasarnya hatiku memang sudah tahu tapi tidak mengerti dan tidak dipahami. Setelah baca-baca, ya aku hanya tahu. Baca sekilas hanya membuat aku “tahu”. Masih aku tak perdulikan.

Semakin sering aku baca tentang hukum dan akibat dari pacaran itu. Hmm.. ternyata ngeri juga, dan itu terjadi pada diriku yang menjalankannya. Apa lagi ada ayat yang pasti sering kita baca dan dengar. dan janganlah kamu mendekati zina. Sesungguhnya zina adalah perbuatan keji dan jalan yang teramat buruk. Hmm kengerian semakin membuncah dikepalaku, tapi tetap masih aku jalanin.

Saking takutnya, aku selalu memikirkan. Hmm apa harus kusudahi aja hubungan ini.  Tapi berat hati ini untuk memutuskan itu, sebuah rasa cinta. masa tidak ada angin tidak ada hujan kok minta putus. Apalagi ini soal perasaan, aku semakin galau  pada saat itu.

Bila boleh jujur, semuanya juga merasakan. ya namanya juga perasaan cinta, rasa tidak mungkin bohong. Berat hati ini mengambil keputusan, apalagi keputusan putus!. Siapa yang mau.. dalam hubungan yang baik-baik saja saat itu.

Dan, aku lebih sering lagi membaca tentang hukum-hukum pacaran dalam islam, dan memang isinya larangan semua. Apakah aku akan menjalani hubungan yang terlarang. Hubungan yang Allah larang.
Tumpukan dosa-dosa memang sudah menumpuk, namanya juga hubungan terlarang, makin lama hubungan makin banyak pula dosa yang ada.

Dimana pada saat hari keputusan yang ada dipikiranku. Ya sudahlah mungkin lebih baik aku putus saja, ya, ini yang terbaik. Hmm tapi berat juga, memang ini masalah perasaan. Apa harus berhenti ditengah jalan. Apalagi sebelumnya hubungan fine fine aja. Hubungan yang sudah lama terjalin, rasa cintapun semakin bertambah. Kembali lagi, galau!

Ingin rasanya bilang yang sesungguhnya padanya, tentang keputusan dan perasaan ini. Tapi tidak ada waktu yang pas dan mau mulai dari mana saya harus bilang. tidak mungkin kan ujug-ujug bilang. “Kita putus aja ya”. #jleb kiamat.. harus ada waktu yang pas buat bilang yang sesungguhnya.

Entah beberapa kali aku tidak berani untuk mengatakan langsung padanya, memang memutuskan lebih sulit daripada menyatakan cinta. Entah berapa lamanya aku pendam keputusan ini, aku berusaha mencoba bilang yang sesungguhnya. Sebelumnya aku berdoa pada Zat yang menciptakan cinta, bagaimana caraku untuk mengatakannya dengan enak, waktu yang tepat, setelah mengatakan tidak terjadi permusuhan, apalagi perasaan benci ya memang ini sudah wajar, tak aneh lagi. Perasaan memang sangat menyakitkan. Semoga Allah mudahkan.

Sebelumnya aku bertanya terlebih dahulu padanya. Apakah dia masih sayang padaku? “Masih!” Diapun balik tany dengan jawaban yang sama. hmm hati ini seperti mau perang dunia ketiga. aku coba menjelaskan padanya,tentang pacaran yang merupakan itu sebuah larangan, tannpa kita sadari itu. Apakah kita akan hidup dengan hubungan terlarang?. Apalagi ini Allah bencinya. Mau bahagia ataupun galau tetap aja dosa. Toh hubungan tidak halal. Yang saya pikir pikir lagi, udah tau hubungan gini tapi masih tetap saja dijalankan. Kalau udah lama saja baru mau putus. Bodohnya aku, tahu tapi tidak mengerti. Dan pada akhirya saya mencoba memahami tidak hanya mentahui saja tentang hukum pacaran .

Atas izin Allah, akhirnya pada saat itu, kami berdua putus juga. Ketika hubungan aku denganya berakhir, banyak yang bertannya-tanya,“kenapa putus? emang gimana ngomong kedianya, kan sebelumnya baik-baik aja?” saat itu aku tidak mau menjelaskan, ini pilihanku. dan Allah yang memudahkan. Sengaja aku memilih pilihan ini, karena aku “belum siap”

Sekali lagi, bagiku ini memang sangat berat. Apalagi bagi dia. Dan apalagi ini tentang perasaan. Yang hanya cuma ingin mentaati hukum Allah. Saya korbankan perasaan ini buat Allah.
Pada awalnya memang berat, tapi Allah mudahkan. Kata ustadz, surga itu bisa dibeli salah satunya dengan harga diri (perasaan). Ya aku punya perasaan cinta, dan perasaan itu malah membuat aku mendekati neraka. Perasaan (cinta) memang anugrah dari Allah, tapi kita juga bisa mengatur perasaan itu dengan syariat. Bukan disalah gunakan untuk kepuasan nafsu semata lewat yang tidak jelas (pacaran).

Aku tidak masalah, bila setelah putus itu ada permusuhan. Ya memang ini wajar karena ada yang tersakiti. Ya aku terima. Dan aku juga berdoa sama Allah bila ada permusuhan kembalikan kami kembali pada yang bukan permusuhan. Karena Allah yang membolak-balikan hati manusia. Alhamdulillah semuanya baik-baik saja.
Dan setelah aku jomblo, subhanallah hidayah Allah selalu datang padaku. Ketika ada permasalahan tidak bergantung pada seseoang, hasbiAllah. Aku lebih bersemangat lagi untuk menggapai masa depan yang lebih cerah. Dan inilah Bukti Cintaku.

tak selamanya mencintai itu  memiliki, terkadang cinta harus melepas pergi, jauhkan yang dicintai dari api

bagi lelaki pencinta allah memuliakan wanita adalah menjaga jarak dan melindungi izzah, tak mengajak wanita salah langkah.

bagi wanita pencinta allah menghormati pria adalah tidak mengumpankan manis harapan,yang membuat lelaki-lelaki resah gelisah.

sungguh pandangan mata, ucapan, lisan dan perbuatan senar-senar asmara yang berbahaya bagi pria apalagi wanita.

seseorang bicara  dia belum sanggup menikah, namun selalu memuaskan matanya pada hal-hal yang  bukan haknya , apakah ini?.

seseorang bicara dia belum siap menikah, namun tak berhenti bersayik-masyuk dengan lawan jenis apakah ini?

yang muda boleh bercinta, namun tidak seperti  dengan cara-cara kaum mpenyembah berhala,yang menjadikan cinta sebagai tandingan selain DIA.

bila belum sanggup mengikat cinta, maka bersabar adalah pilihan yang utama, bersabar untuk masa depan, masa yang lebih lama.

Allah sayang pada mereka yang menjaga diri, terlebih lagi kaum muda yang memperhatikan harga diri.


belajarlah, menulislah, berkaryah, berprestasilah, bergeraklah, berjuanglah asal jangan rusak masa depanmu.

Posting Komentar

0 Komentar