Kepada Perempuan yang Rangkaian Katanya Sudah Kubaca


Izinkan aku mengawali tulisan ini dengan bertanya tentang kabarmu, Naw. Semoga kesedihan memperlakukan twit-twitmu dengan baik. Barangkali, kicauanmu banyak mengundang hati mereka yang tersakiti seolah mereka melihat kesedihannya sendiri, ya termasuk aku. Tapi justru itulah yang membuatku menyukaimu. Barangkali, bagi beberapa orang, kesedihan seperti halnya sambal, pedas tapi asik untuk dinikmati.

Aku sengaja tidak mengakhiri tanda tanya ketika menanyakan kabarmu. Di dunia ini aku kira tak selamanya pertanyaan harus memiliki jawaban. Mendoakan kebaikanmu dalam diam sudah membuatku cukup, cukup melegakan ketika diselesaikan dengan air mata.

Jika kau membaca tulisan ini berarti aku adalah rangkaian kata yang pernah kaubaca. Atau, aku adalah surat yang terkirim padamu. Aku melihat deskirpsi blog atau bio di instagram bahwa kau adalah perempuan yang tak pernah dia baca. Namun, tak perlu khawatir, Naw, aku akan (sudah) menjadi dia yang setia membaca apa yang kautuliskan, apa yang kau ingin ungkapkan. Meski kenyataanya aku bukanlah dia.

Kau tak perlu tahu siapa aku, tak perlu tahu di mana aku, tak perlu tahu bagaimana keberadaanku, dan memang semuanya tak peduli. Namun bila sesekali kau membaca tulisan ini, artinya aku sedang berada di depanmu, di dalam matamu atau merasuk dalam kepalamu. Kalau itu justru membuatmu merasa senang, aku akan bersedian menuliskannya lagi untukmu.

Tulisan ini barangkali tak seindah tulisanmu, tak semanis senyummu, atau tak sesedih masa lalumu. Tapi kurasa aku sudah paham tentang bagaimana menuliskan kata “di” apakah harus dipisah atau digabung, semoga ini menjadi langkah awal aku untuk memahami kamu.

Kamu tahu? Sedikit aku sampaikan sepertinya kita memiliki kesamaan. Sesungguhnya aku juga termasuk tipe manusia  yang saat membaca atau menulis harus di tempat yang sunyi, yang sedikit suara. Kita tidak bisa melakukan itu ketika berada dalam keramaian. Bukan tidak bisa, tapi hanya membuat konsentrasi menjadi jauh dari kata fokus, manja kalau kata kamu.

Ya, aku tahu karena sempat membaca postinganmu meski sekarang sudah dihapus atau diarsipkan. Entah alasannya mengapa tapi beruntung aku sudah membacanya. Dari sekian banyak orang yang jadi stalker kamu, aku adalah salah satunya. Baik di twitter, instagram ataupun tulisan-tulisan di blog yang membuatku iri, iri andai seseorang yang kautulis adalah aku.

Baiklah, sebentar lagi tulisan ini akan kuakhiri karena takut membuatmu merasa bosan. Terima kasih telah bersedia membaca tulisan ini, sudah merelakan waktu sarapan, makan siang, atau makan malammu. Semoga puisi-puisimu sudah dibaca olehnya.

Posting Komentar

0 Komentar