Kepada De kenangan rindu dan air mata





Di sini, di dada kiri, kau terkurung untuk selamanya, dan begitu berontak saat bertemu sepi.
*
Telah kukirim padamu sajak yang paling hening dari airmata. Setelahnya, kepergianku begitu lega dan tak perlu kukhawatirkanmu lagi.
*
di suatu malam kau tertidur, di suatu sepi aku menyulam rindu untuk selimutmu. Rupanya tak ada yang lebih indah selain bertemu pagi.
*
Akulah luka, ketika rindu begitu jauh dengan pertemuan, luka tenggelam di lautan kenangan tak bertepi.
*
Hatimu adalah rantau, sejak aku mengenalmu, aku tak ingin pulang.
*
Kau perempuan yang membuatku menangis? Itulah sebab aku mencintaimu.
*
Cukuplah kita duduk di ruangan sunyi 4x5 meter ini,  dan aku satu-satunya lelaki paling bahagia melihatmu tersenyum.
*
Akulah sarang airmatamu, tempat meninabobokanmu kepada kebahagiaan, mimpi yang takkan terlihat sebagai tontonan.
*
Dekaplah; pelukanku adalah sarang peristirahatan, tempat kembalinya kau dari luka masalalumu.
*
Adalah kenangan yang tak pernah bermain-main dengan airmata.
*
Begitulah cinta yang tertunda, adalah rahasia Tuhan tanda kasih sayang pada hamba-Nya.
*
Kabarkan pada kesedihanmu, doaku lebih lebih dulu mengharapkan kebaikanmu.
*
Kepada De, ada hal yang tak bisa kuusir dari malam yang hening, merindukanmu.
*
Nyala rinduku, takkan pernah padam, sekalipun kau basuh dengan luka-luka darimu.
*
Tubuhku selalu pergi kemanapun, kapanpun. Tapi ada yang harus kau tahu, hatiku takkan pergi kemanapun selain menetap padamu, takkan berubah.
*
Setiap kau menatapku lama, sadarkah saat itu juga kenangan sedang dilahirkan.
*
Begitu mudahnya melahikan kenangan, hanya dengan menatap matamu.
*
Sepasang kenangan, masih punya waktu menertawakan mimpi-mimpi yang pernah mereka bicarakan.
*
Sepasang mata, sepasang sepatu, sepasang cincin, mengingatkanku bahwa kita adalah sepasang kenangan di bawah payung birumu.
*
Kita sedekat rindu dari sejauh sepi
*
Jika kau adalah sepasang kaki, aku adalah sepasang sepatu yang kau pakai.
*
Pelankan suara langkahmu, agar aku tak mendengar bunyi sepatu kepergianmu.
*
Ssemoga kau kembali, dengan sepatu yang sama.
*
Di hatiku yang basah, kau coba kembali menyalakan lilin, dan korekmu, tak mampu kaunyalakan dari basahnya luka ini.
*
Karena rindu, serupa perhu kertas, selalu ada bagian yang basah dan lembab; kemudian tenggelam.
*
Secangkir kopi menyuguhkan ingatan untuk melawan; apa yang harus direlakan dan apa yang mesti dipertahankan.
*
Kau nyala lilin di dalam hatiku, meski gerimis selalu membasahi.
*
Izinkan aku tersesat di dalam hatimu, selamanya.
*
Di negeri puisi itu, aku berjalan di atas bahasa yang sunyi, rindu yang tak membutuhkan kata-kata lagi.
*
Rindu yang sendiri di balik jendela, mata yang langit, hujan yang turun ke telaga pipi; sebait puisi yang terdiam, merindukanmu.
*
Kita sepakat menabung rindu, menabung kata-kata, agar saat berjumpa, kita tak saling tak berbicara.
*
Tapi kita sengaja tak berkomunikasi hanya untuk menabung rindu, bisakah itu membeli pertemuan?
*
Di tempat yang paling sunyi, hujan merasa asing untuk siapa ia ditajuhkan.
*
Seandainya aku luka, kau akan menjadi apa?
*
“Jangan membohongi diri sendiri, Tuan!” Kata sapu tangan yang sudah basah itu.
*
De, luka terus mengurung diri di kamar dan menulikan, ia tak menyadari, di luar, bahagia tak henti memanggil.
*
Cintailah dirimu sendiri, seperti aku mencintaimu.
*
Di malam yang bahagia, mari kita bercerita, bertukar bahagia, sekedar menghilangkan jejak-jejak airmata.
*
Ini airmata, lambaian tangan, dan sepi. Bisakah aku menghindar dari itu semua?
*
Di ujung daun pagi, kupungut airmatamu, dari malam, dari rindu yang piatu, yang tak tersentuh oleh malaikat.
*
Aku memperkaya kata-kataku dengan puisi, tapi tetap saja tak mampu membeli rindu yang telah pergi.
*
Cinta, begitu mudah mengajariku untuk mudah jatuh cinta, juga cinta tak mudah pergi meski yang dicintai telah pergi.
*
Rumah tak pernah sunyi, kita yang kadang tak ingin pulang.
*
Pinjami aku tubuhmu yang hangat, dari malam yang dingin, menggigil dari sepi yang kau ciptakan.
*
Mencintaimu, adalah kenapa aku menunggu.
*
Mencintaimu, adalah bukti aku hidup.

*

Posting Komentar

0 Komentar