Review Transformer The Last Knight: Membuat Sejarah dalam Fiksi


Sutradara terkenal Michael Bay kembali meracik sekuel film Transformer berjudul Transformers: The Last Knight.  Ini merupakan film kelima dari jajaran film live action Transformers sejak 2007.

Film kelimanya ini kembali menceritakan tentang petualangan Cade Yeager (Mark Wahlberg), seorang teknisi sekaligus penemu yang terjebak dalam kondisi peperangan robot dan berpihak kepada Autobots. Peran Bumblebee lebih ditonjolkan daripada Optimus Prime sebagai pemimpin autobot. Mungkin ini alasan akan mengangkat film solonya spin-off tentang Bumblebee pada 8 Juni 2018 mendatang.



Sejak awal kemunculan trailer dari Transformers: The Last Knight, Pertarungan antara Optimus Prime melawan Bumblebee benar-benar terjadi. Semua orang sudah berspekulasi bahwa Optimus Prime akan berpindah sisi menjadi jahat, lalu berbalik melawan Autobots dan manusia

Kemunculan Quintesa, ratu Cybertron dan sebagai pencipta transformer menjadi alasan di balik peran Optimus Prime. Ia diperintah oleh Quintesa untuk mencari “tongkat ajaib” untuk menghidupkan kembali Cybertron dan menghancurkan bumi: Disepticon masih tetap menjadi musuh utama.


The Last Knight mengubah total inti cerita franchise Transformers, dan mendefinisikan ulang apa arti sebenarnya menjadi seorang pahlawan. Kali ini para penonton akan dibawa melangkah jauh ke abad pertengahan, di mana zaman kegelapan dan peperangan antarkerajaan masih berkecamuk, sebagai awal sejarah transformer dan alasan mereka ke bumi, bahwa ras Transformers sudah ada sejak zaman dahulu di bumi.

Kunci untuk menyelamatkan masa depan yang tersembunyi di masa lalu dalam sejarah terpendam para Transformers di Bumi. Seorang yang memiliki hubungan dengan masa lalu ialah seorang professor Oxford ahli sejarah, Laura Haddock, yang memiliki peran paling berpengaruh dalam film ini.

Sosok Kolonel Lennox yang tegas dan karismatik, tentu citra pasukan bersenjata di film ini kembali diangkat menjadi jauh lebih baik dibanding sebelumnya. Film ini bisa ditonton meski belum pernah menonton film-film sebelumnya, karena sejarah awal kenapa transformer ke bumi akan diceritakan di sini. Namun sepereti biasa, banyak penyakit-penyakit dalam film yang mestinya tidak disuguhkan.


Seperti Quintesa yang tidak terlalu diekspose dan diceritakan brgitu singkat di awal, tengah dan akhir, begitu pula datangnya tokoh baru Izabela gadis berusia 14 tahun. Meskipun film ini lebih menarik dari sekuel sebelumnya, penonton harus ekstra memutar otak ketika menontonnya. Pasalnya, dalam film ini terdapat adegan dan dialog (atau scene) yang sulit untuk dipahmi.

Seperti yang dialami oleh teman saya, ia tak henti-hentinya bertanya penyebab-penyebab adegan yang terjadi dalam alur film tersebut, saat film sedang berlangsung. Dan saya pun sedikit merasakan hal ini. Tapi selama kita fokus dari awal, semuanya akan baik-baik saja. Sebab dalam menonton film, tertinggal beberapa menit, bahkan beberapa detik di awal, akan berpengaruh untuk menjadi alasan tetap duduk dan mengkhatamkan film sampai akhir. Dan inilah salah satu ciri film yang berkualitas.

Selamat menonton.

Posting Komentar

0 Komentar