Senyummu itu selalu menggantung di pikiranku, setiap saat membayangkan ketika Aku berada disampingmu. Kau selalu menyembuhkan rautan wajah yang sedih dengan senyummu. Lalu Aku tersenyum, entah bagaimana senyummu itu seperti obat penawar sedihku. Saat Aku berada di tempat yang sepi dan sunyi, tidak ada seorangpun yang bermain kata denganku, walau jarak kita jauh membetang dari pandangan juga raga, Aku bahagia, Itu semua karena senyummu. Senyuman manismu.
Saat rasa ini kuat melekat antara hatimu dengan hatiku, Aku yang selalu memberi perhatian penuh, ketika pagi, siang, sore hingga malam, tidak pernah lelah untuk membuatmu merasa bahagia. Bahagia bersamaku. Ketika akan pulang sekolah, Aku antarkan kamu sampai kedepan pintu rumahmu, atau bahkan lebih, masuk ke dalam istana impianku. Dimana saat kalimat keluar dari mulut kita, bahwa yang di dalam hatimu hanyalah Aku, begitu juga sebaliknya. Rumahmu, menjadi bagian tempat perbincangan antara kita, membicarakan yang tak tau apa maksudnya, namun itu semua selalu menghadirkan canda dan tawa di atas sofa merah yang empuk.
Ditengah kesibukan tawa, kau hentikan perincangan kita, kau meninggalkan ruangan tamu ini pergi kebelakang begitu saja. Aku taktahu apa yang akan kau lakukan. Terlihat handphonemu tergeletak di sampingku yang terduduk di sofa. Rasa penasaran dan keingintahuanku hadir, aku coba cek beberapa isi yang ada dilayar ajaib itu. Mulai dari foto, kontak dan pesan. Terakhir aku membuka bebrapa pesan yang berderet panjang kebawah, hampir empat ratus pesan. Dia belum datang. Aku melanjutkan membaca.
Ternyata pegel juga menekan tombol masuk dan keluar dari beberapa pesannya. Pesan dari temannya. Tentu! Kata batinku. aku kira pesannya itu hanya dari teman wanitanya, ternyata ada beberapa teman prianya juga. Aku masih lanjut membaca. Langit di luar sana sudah semakin gelap, aku masih memainkan benda ajaib ditangan kananku. Deg! Hatiku seperti disambar petir saat itu juga. Terlihat dari beberapa pesan. Pesan dari seorang pria yang akupun mengenalinya. “Iya sayang” “Akunya sayang sama kamu”. Bukan hanya disambar petir, hatiku seperti tertusuk, terjatuh kelembah yang paling dalam. Aku tidak percaya, dibalik kata mesra denganku, ia juga merangkaikan dengan pria yang dia anggap hanya sebatas teman. Ya, teman.
Selama hubungan kita baik-baik saja, baru kali Aku merasakan hal yang tidak percaya sebelumnya. Apakah hal ini sudah tidak aneh? Hati dan wajahku mulai tertunduk, seperti tak ingin melihat wajahnya saat itu. Ia hadir di hadapanku. Terlihat aneh melihatku dengan muka melas ini. Kuras kau tak harus tau penyebabnya. Dia bingung, Aku lebih bingung. Tidak perlu penjelasan lagi. Mataku seperti menolak untuk memandangnya. Aku tak percaya, kukira seorang dihadapanku ini yang akan selalu membahagakanku, dengan cara apapun. Apakah masalah ini wajar, tidak aneh bagi seseorang sedang menjalankan hubungan?
Kata maaf terdengar menyapa ditelingaku, ya, ia seperti sudah menyadarinya ketika wajahku tertunduk melas sambil memegang hanphone-nya. ia pun tidak percaya bahwa aku telah membaca pesannya itu. Raut wajahnya mendung, butiran kristal mulau terjatuh disela-sela pipinya. Beribu maaf terucap dari bibirnya, sambil memegang erat tanganku, pegangan yang penuh penyesalan. Sangat kurasakan.
Tetapi, rasa cinta ini masih ada, masih melekat dihati. Sabar. Menerima kenyataan. Terimakasih luka yang kau beri ini. Aku tahu, kejadiaan itu tidak ada unsur kesengajaan, tapi mungkinkah itu akan terjadi di luar pikiranku, bahwa apa yang terlah terjadi sama apa yang ada dihatimu. Sms itu.
Kau tahu apa yang sedang aku rasakan saat ini. Sakit. Dan akupun tahu, kata maaf akan selalu mengalir dari bibirmu. Hubungan kita masih tidak begitu lama, aku tak mau berakhir begitu saja. hatiku sangat terpukul, tapi rasa cinta akan selalu ada, lebih dari itu.
Maafkan untuk sementara aku belum bisa memaafkan, untuk sementara. Izinkan hati ini tenang, melayang tinggi melupakan semuanya. Walau susah. Apakah senyummu kali ini bisa menyembuhkan luka dihatiku. Bisakah?
Terimakasih atas luka pertama yang kau beri, aku yakin kejadiaan ini akan selalu dikenang, walau pahit, tetap melekat dihati. Maafkan aku yang tidak bisa membahagiakanmu.
0 Komentar