Aku Ingin Hidup di dalam Mimpiku Sendiri


Jika rindu adalah anak burung yang menanti induknya pulang, maka aku satu-satunya telur yang tak menetas. Aku gagal memilikimu atau kau yang sama sekali tak menginginkan aku. Ingin sekali kuhukum malam dan tidur ini. Sebab mimpi hanyalah kesedihan ketika kau berada di dalamnya dan kau hanyalah angan semata. Angan yang nyatanya membuatku bertahan lebih lama.

Aku ingin hidup di dalam mimpiku sendiri. Memimpikan tentang dirimu, senyummu, sedihmu, marahmu, kesalmu, kecewamu, bahagiamu, yang sesekali aku ciptakan. Namun semuanya hanyalah suatu kebersamaan yang paling indah ketika menyadari bahwa kita tak mampu lagi melangkah bersama.

Aku ingin hidup di dalam mimpiku sendiri. Aku merasa bebas. Bebas memilikimu. Bebas membuatmu bahagia. Bebas membuatmu bersedih karena hal-hal sepele. Bebas. Sungguh terlalu bebas. Tapi kebebasan itu masih lebih besar dari bebasmu memilih untuk pergi begitu saja.

Aku ingin hidup di dalam mimpiku sendiri. Bukan mimpimu. Mimpimu memiliki keindahan yang lain dan mungkin aku bukanlah satu-satunya yang ada dalam mimpimu, yang ada dalam inginmu. Tapi jika kau mencari satu-satunya orang yang memilih tetap bertahan, dia adalah aku.

Tetap bertahan? Lucu memang. Bodoh memang. Atau masuk ketegori orang paling idiot yang memiliki harapan terlalu besar. Harapan menantimu? Rasanya kutulis beribu-ribu lembar pun tak mengubah harapan ini penting buatmu, kan? Tapi aku senang sekaligus bersedih. Senang karena kepergianmu menciptakan harapan untukku. Sedih karena harapan ini ternyata tidak dimiliki oleh kita, tapi hanya aku.

Posting Komentar

0 Komentar