Sesuatu yang Tak Pernah Terjangkau


Kau sering datang sore hari, atau sesekali menjelang pagi. Kau tampak lebih rajin dari semut yang saling bersalaman atau kuda yang tak lelah berlari. Ketika dibuka kedua matamu Mimosa pudica pasti akan menangis cemburu. Padahal kau di sini bukan siapa dan apa tapi aku senang.

Pada pagi hari kau selalu membawa banyak kata sifat. Tapi aku melihatnya berupa cantik dan kesedihan. Atau beberapa kesepian selalu mengikutimu dari belakang.  Kau tidak banyak bicara seolah kesepianmu baik-baik saja.

Masih pada pagi hari. Aku menjadi seorang yang ingin datang tepat waktu, memastikan kesepian memperlakukan kesedihanmu dengan baik. Tempat ini terlalu panas hanya akan membakar kulitmu tapi di sini juga sering cinta datang tak tepat waktu.

Pada sore hari. Waktu ingin sekali buru-buru memisahkan kau dan bau harum yang baru saja kuselesaikan. Kedua matamu nampak ingin berlama-lama di tempat ini. Kesepianmu lebih lengkap dibanding pagi hari. Kesedihanmu lebih riang dari tanah gersang diberi hujan. Tapi menjelang sore hari ini. Senja giat sekali menarikmu pulang padahal di ujung sore hari bungaku baru mekar.

Aku selalu mengintipmu dari balik kemeja.

Posting Komentar

0 Komentar