Cerita Sepasang Mata yang Mencintai di Hari Libur


Aku terlanjur percaya bahwa hatimu selalu terjaga meski kemungkinan-kemungkinan yang kuharapkan hanyalah padi yang mulai ditanam. Kau di sana adalah kota serupa taman sedang jarak kita adalah jembatan yang belum selesai dibangun. Kalau saja aku menjadi seorang pemberontak pasti memilih terbang tapi aku memilih belajar kepada siput.

Kau di sana berusaha menyibukan diri bersama teman-teman baru yang aku tak mengenalinya. Jika suatu waktu kita sempat berjumpa aku ingin mendengarkan kau bercerita tentang sebab senyummu atau hatimu yang tertutup luka.

Aku selalu membayangkan kita rajin bertemu. Kau bercerita dan apa yang kau katakan selalu istimewa. Kalau kau berusaha bercanda aku siap kapan saja tertawa. Kalau kau berat menahan air mata aku siap membawamu ke sebuah museum; sebab tak ada yang benar-benar dilupakan. Tak ada kesedihan yang benar-benar tak selesai, yang abadi hanyalah kenangannya.

Di hari yang sama, kita pun mengerjakan pekerjaan untuk menciptakan masalalu.

Benda-benda di museum itu cemburu. Dan kau tersenyum.

Di museum itu kau bercerita. Menjadi orang lain selama empat puluh hari lebih mudah daripada mengajak teman kampus berlibur.  Atau semudah menangkap belut dengan tangan kosong. Kau melanjutkan, “pagi itu, aku melihat banyak ikan emas di kolam tapi mataku selalu tertuju pada ikan Neon Tetra. Kukura itu kamu.”

Kau berusaha bercanda. Ingin kesal tapi aku tertawa.

Aku masih mendengarmu bicara. Aku mendengarmu bercerita tentang laki-laki yang menganggu ketika kau memasak, membuat bahan lelucon cinta dari sambal atau pisau yang sengaja disembunyikan.

Aku mendengarmu bercerita tentang anak kecil yang suka sekali memelukmu, menggendong, atau belajar mewarnai awan dengan tinta hijau.

Aku mendengarmu bercerita tentang perasaan cinta yang sempat tumbuh dan memastikan itu hanya sementara dan kau sempat menyalahkan sambal dan pisau. Kau bercerita keinginan pulang padahal tak ingin dan tentang malam yang kau salahkan karena susah tertidur.

Aku menatapmu. Bibirmu mulai lelah dan matamu mengeluarkan kata-kata.

"Andai museum ini ada hari libur, aku tetap mencintaimu."

Posting Komentar

0 Komentar