Lembah Cilengkrang merupakan salah satu tempat wisata yang berada di Desa Pejambon Kabupaten kuningan, Provinsi Jawa Barat. Banyak wisatawan yang berwisata ke Lemah Cilengkrang ini, mulai dari warga Kuningan bahkan dari luar itu termasuk Cirebon , karena Kuningan sendiri termasuk salah satu tempat wisata tropis.
SMA Muhammadiyah Kedawung. Sudah menjadi acara rutinitas kemping yang dilaksanakan akhir tahun, merupakan acara pribadi anak-anak Ekskul (Hizbul Wathan, PMR, Tapak Suci, KBQ dan yang lainnya. Acara yang laksanakan oleh kelas X dan XI ini sengaja mengisi kekosongan waktu ketika kelas XII SMA sedang melaksanakan Ujian Nasional. Dan ini untuk kali keduanya kami kemping di Lembah Cilengkrang
Hari pertama, 16 April 2012. Pukul 07.45. Sesuai janji . sebelum beranjak berangkat ke bumi perkemahan kami berkumpul terlebih dahulu diharuskan berkumpul di Pilang, lebih tepatnya di Santun. Padahal seharusnya kami diharuskan kumpul pukul 07.30. seperti pepatah bilang lebih baik telat dari pada tidak sama sekali. :D. Tidak diduga disana kami diharuskan untuk menyetor sumbangan, berupa uang. Lebih tidak mengenakannya lagi, disaku diharuskan hanya menyiskan uang Rp. 15.000. Tak lama, pukul 08.00 setelah mendengarkan intruksi sebelumnya dari Pembina/komandan, tanpa basa basi kami langsung tancap gas ke tujuan utama yaitu, Bumi Perkemahan Lembah Cilengkrang. Dalam kemping ini terdapat 5 kelompok, 2 kelompok putra yang sebagian dari anak SMK Muhmammadiyah Kedawung dan 3 kelompok putri. Dari pilang kami menaiki angkot D5 yang menuju ke Terminal Cirebon, dan dilanjutkan Elf jurusan Cirebon-Kuningan.
Kurang lebih 1 jam perjalanan, akhirnya kami sampai di check in pertama di depan Indomart tepatnya di pasar Kelapa Gunung, Kuningan. Tiga anggota menjaga di chek in pertama. (kelompok kami terdapat 10 anggota). dan sisanya menuju check in selanjutnya, yaitu di Masjid. dan kami meninggalkan 2 anggota lagi disana. bersisa 5 anggota langsung berjalan menuju check in selanjutnya. Sekitar 6 km kami berjalan kaki dari Pasar Kelapa Gunung ke tempat tujuan. Hal ini bisa jadi untuk menghemat uang transportrasi. Pemandangan yang begitu indah sedikit mengobati kelelakah kami, tidak menyianyiakan kesempatan ini, kami mengambil beberapa fhoto untuk dokumentasi.
Berjalan tertatih-tatih menandakan rasa yang sangat lelah, melihat mobil bak yang kosong, kami berlima memberanikan untuk mengompreng, kurang lebih 400m. tetapi Ada rasa tega meninggalkan teman yang masih berada dibelakan.
Setelah beberapa lama berjalan 6 km, dengan rute tanjakan, mungkin sekitar 600. dengan rasa lelahnya semua sudah berkumpul di check in terakhir.
Nyata, pembina dan anggota yang lain merasa penasaran. Peerjalanan kami terlalu cepat dibandingkan dengan yang lain. Kejadian mengompreng tadi adalah permasalahannya. Ya, alhasil kami semua dihukum untuk membawa perlengkapan tenda yang seharusnya dibawa oleh masing-masing kelompok itu. Bahkan ada diantara kami yang ditampar.
Tidak sampai disini, perjalananku belum berakhir, masih ada tujuan utamanya, yaitu menuju tempat bumi perkemaha yang jaraknya lumayan jauh lagi dari check in terakhir. Perjalanan kali ini penuh liku-liku, naik-turun dan tanjakan yang terjal menghambat langkah kami, ditambah lagi ransel dibelakang.
Tiba disana langsung saja kami mendirikan tenda dan dilanjutkan ritual (shalat, makan, mandi dan istirahat).
Matahari telah menutup senyumnya, dan hari tanpa permisi malampun segera datang, semua hening. Dan kami telah terbuai dalam buaian mimpi. dan kami telah melupakan rasa lelah kami. Hembusan angin yang terhembus menusuk-nusuk jantung, dinginnya sampai bulu-bulu bergoyang, dan suara gesekan pohon menari tak henti-henti untuk mengucapkan selamat malam..:)
Hari Kedua. Ketika semua telah terlelap tidur dalam keheningan. canda tawa yang semalam telah sunyi, membangkit apa yang terlewat untuk dikerjakan. dan kami masih punya setetes semangat untuk menjalani apa yang akan terjadi disepanjag hari ini.
Pukul 04.00, dingin dan kantuk, membuat tubuh ingin terlelap lagi dalam kesunyian yang barusan terusik. kami telah melupakan hari kemaren yang sangat melelahkan dan kami siap untuk menjalani apa yang akan terjadi. Dengan mermodal senter seadanya karena hari masih gelap kami langsung menuju pendopo, batu licin dan tanah terjal tidak menghentikan langkah kami untuk menjalankan kewajiban sebagai umat muslim semestinya, yaitu shalat Shubuh. Tidak ada masjid bukan alasan untuk tidak shalat.
Setelah melaksanakan shalat shubuh dilanjutkan kultum pagi, kultum tanpa persiapan sebelumnya, disiniah kami belajar berbicara didepan masa.
Hari semakin terang, namun tak terlihat ada matahari. Posisi kami memang diapit oleh dua bukit terjal sehingga sinar matahari tak terlalu menyapa kami secara langsung. Kami segera menuju perkemahan untuk berolahraga dan sarapan pagi.
Pukul 07.30, kami bersiap-siap untuk pergi ke sumber panas, persis samping pendopo tempat kami melaksanakan shalat shubuh tadi. Hangat, kami sangat menyukainya. selain pemandian air panas ada juga air terjun, tak terlalu tinggi, sektar 20 meter. Subhanallah, apa yang telah Engkau ciptakan. Hati penuh kagum. Sedikit memuaskan hati kami segera ambil foto untuk didokumentasikan.
Beberapa lama di air terjun pertama, kami pergi ke air terjun yang kedua. Kali ini penuh tantangan. Selain perjalanan yang terjal dibandingkan jalan semula, batu licin dan tanah gembur bisa membuat kami sering terpeleset. Dan juga bisa kapan saja tanah disekeliling terjadi longsor. inilah mungkin cara alam memberi kejutan-kejutan untuk kami. Alhamdulullah, sekarang kami bisa melihat dan merasakan kekuasaan-Mu yang nyata ini. air terjun ini lebih tinggi dan lebih indah dibandingkan yang pertama tadi, tingginya sekitar 75 meter. Perjalanan yang begitu melelahkan terbayar sudah, akan tetapi semuanya tak kalah dibandingkan dengan nikmat yang Engkau berikan hingga sekarang ini.
Senyum dan tawa adalah cara kami untuk membangkitkan semangat lagi, setelah puas melihat dua air terjun, kami kembali keperkemahan untuk persiapan ritual seperti biasa. Akan tetapi waktu shalat asar kali ini di jama dengan shalat dzuhur “jama takhir”. Dan dilanjutkan dengan taradarus.dimana kelas XI ditugaskan untuk menghafal surah Annba sedangkan kelas X menghafal Surah Al-Fajr. tidak banyak yang bisa menghafal surah yang begitu panjang di juz 30 ini, namun ada beberapa juga yang bisa menghafalnya. caranya harus memerintahkan otak. Ada trik khusus, yaitu dengan cara pengulangan. Membaca satu ayat yang terus diulang-ulang, dan seterusnya. Akhirnya dengan otomatis otak kita sudah diluar kendali, hafal sukses. Inilah yang bisa disebut habits.
Mentari menutup senyumnya, menyuruh kita semua untuk shalat Maghrib dan isya, dan selanjutnya tanpa basa basi kami segera menghitungn bintang. good night..:)
Hari Ketiga, "The day Finish". keheningan malam terusik, buaian mimipi yang terangkai dalam tidur harus di hentikan. kembali dari alam khayalan untuk menyongsong alam kenyataan yang baru. Angin tak berhenti-henti berhembus, sangat dingin. Seolah –olah mengucapkan selamat pagi. Setelah menjalani kewajiban sebagai umat muslim yaitu, shalat Lail, Tahajud dan shubuh yang diakhiri dengan kultum. berolahraga dan ada sebagian yang masak. Seperti biasaolahraga ini trdapat trik-trik untuk melatih otak kiri dan otaki kanan, dan ada sebuah permainan yang membuthkan kekompakan, kerjasama(teamwork), saling percaya dan yakin satu sama lain. Itu lah yang kami lakukan untuk mencapai satu tujuan, biarpun permainan itu sedikit sederhana. Berhubungan ini adalah hari terakhir kami berkemah di Lembah Cilengkrang, setelah sarapan kami pun langsng saja membongkar tenda masing-masing. Mungkin, rasa yang lebih senang dan bahagia berada paling akhir. Yaitu, semangat untuk pulang kerumah…:D banyak batu-batuan dan turunan tidak membuat kami patah semangat untuk pulang, biarpun diantara kami ada yang masih merindukan atau tidak tega merindukan tempat itu ( ingin rasanya tambah 2 hari lagi ^_^). keringat dan rasa lelah akhirnya sampai juga di Masjid. Beristirahat sejenak sambil menungu Transportrasi untuk pulang. SAYONARA….!!!!!! :D
Banyak pengalaman yang yang kami dapatkan di perkmahan kali ini. Hidup mandiri, adalah pengalaman yang paling utama. Dan mungkin kalian semua mempunyai pengalaman dan kesan-kesan lebih menyenangkan dari kami. Oleh karena itu ayolah dengan senang hati mari berbagi kesan dan Pesan-pesan anda disni selama perkemahan di Lembah Cilengkrang….!!!!!! :D
Pasca UTS dan Obrolan di Angkot
Minggu, tanggal tiga puluh kemarin, juga bertepatan dengan ujian tengah semester lisan Bahasa Arab. Siang hari setelah uts berakhir dan shalat dhuhur, saya sempatkan diri ke sekretariat untuk menyetorkan tulisanku, tulisan yang akan terbit awal bulan April ini, dan saya beruntung karena senior (sastrawan) sering ada di tempat, sehingga kesempatan untuk mengeritik beberapa tulisanku. Hingga waktu ashar tiba, saya habiskan di sekretariat itu dengan beberapa keritikan pedasnya. Pahit bagaikan obat, tapi bisa menyembuhkan.
Singkat cerita, setelah ashar, sebenarnya saya sudah merencanakan untuk pulang ke kampung halaman. Sebenarnya keinginan pulang ini sudah lima hari yang lalu, karena Uwa (kakaknya bapak) saya telah dipanggil dengan Sang Pencipta. Selain itu, sudah beberapa lama juga saya belum menginjakan kaki ke rumah, beginilah anak kostan. Ya, kesibukan dan tugas yang bajibun di kampuslah salah satu penghalangnya. Akhirnya saya niatkan hari itu untuk pulang, selain itu esok hari juga bertepatan dengan tanggal mereh. Sekilas refresing pasca UTS, walau laporan praktikum tak pernah alfa.
Sore itu, saya berdiri di depan gerbang menunggu mobil angkot berhenti. Terlihat kampus pun sudah mulai sepi. Tak lama angkot biru muda datang menyambutku, berhenti, dan segera saya menaikinya. Mobil terus melaju dan saya duduk bersampingan dengan seorang perempuan. Tapi pandanganku kuarahakan ke depan. Walau di dalam terasa penuh untungnya tidak terlalu sesak. Terdengar perempuan berekerudung itu sedang asik mengobrol dengan temannya. Dan tak sengaja saya mendengar percakapan mereka. Ya bagaimana tidak terdengar? suaranya begitu nyaring. Namun hanya beberapa yang saya tangkap dari perbincangannya, yang menurut saya harus kutulis di sini.
“Katanya dia itu hanya jadi bahan percobaan saja,” ucap salah satu perempuan di sampingku. Singkatnya mereka membicarakan tentang masalah cinta. Kemudian ia melanjutkan ucapannya, “sayangnya ia tidak bisa belajar dari kesalahan.” Seseorang yang dibicarakan itu akhirnya melakukan sesuatu yang mungkin akan mengakibatkan hal yang sama “hanya bahan percobaan saja.” Saya tidak mau menjelaskan arti kalimat itu panjang lebar. Ya, seperti itulah cinta anak muda zaman sekarang, sudah terlalu banyak korban, namun tidak bisa mengambil pelajaran dari kesalahannya. Saya sedikit membenarkan ucapan mereka. Lalu melanjutkan ucapannya lagi, “dia mah memang orangnya karep dewek bae.” Hati yang keras takkan bisa menerima nasihat. Apakah tidak menyadarinya? Entahlah! Saya rasa sudah menyadarinya. Atau mungkin hidayah-Nya yang belumlah sampai. Tapi, apakah hidayah itu harus ditunggu terus. Bukannya hidayah itu dikejar?
Kedua perempuan itu masih sibuk dengan pembicaraanya. Kali ini saya mencoba menghiraukan mereka. Walau sukarela terdengar, tapi pikiranku kupaksakan untuk beralih pada separuh tulisanku yang belum terselesaikan. Saya mencoba mencari inspirasi di dalam angkot ini, kata teman saya, kalau mencari inspirasi itu harus bayak jalan-jalan. Pandangan dan hayalanku masih mengarah ke depan. Sopir angkot masih melajukan mobilnya dengan lihai. Saya menaiki angkot ini bisa dibilang mobil angkot model baru dari yang lain. Ya, mobil yang bentuknya seperti mobil pribadi (APV). Saya mencoba membayangkan tahun depan mobil angkot akan seperti apa lagi ya? Orang Indonesia memang banyak akal, tapi negaranya tidak pernah maju.
Sekitar sepuluh menit saya sudah menaiki angkot ini. Kedua perempuan di samping saya ini sepertinya sudah lelah atas obrolannya. Kini di dalam angkot terasa lebih tenang dan damai. Pandangnku masih ke depan, tertuju pada beberapa kendaraan yang lalu lalang. Dan, hatiku terhenyak ketika melihat dua lelaki melaju di atas sepeda motornya. Dan dua perempuan pula melaju di atas sepeda motornya dengan berlawanan arah. Entah mataku ini salah melihatnya atau tidak. Tapi tak mungkin salah karena saya melihatnya begitu jelas. Bagaimana tidak, salah seorang lelaki yang diboncengnya, dengan lancang tangannya melakukan sesuatu yang tak harus ditiru kepada perempuan yang mengendarai sepeda motor itu. Lelaki itu begitu berani menyentuh anggota tubuh perempuan yang saya tak harus meyebutkan namanya. Perempuan itu dengan spontang terkejut dan berteriak dengan mengeluarkan nama penghuni kebun binatang. Saya melihatnya dan saya mendengarnya. Kedua lelaki itu terus mengendarai motornya, melaju dan semakin menjauh, mereka lalu cengengesan atas perbuatannya itu. Payah, apakah itu sesuatu yang lucu?
Ya, inilah pertama kali saya melihat kejadian yang memalukan. Entah apa yang dipikiran lelaki itu kepada perempuan sasarannya. Apakah saya mewajarkannya atau tidak. Karena saya melihat lelaki itu memang berpakaian layaknya berandal, memakai kaos hitam dan rambutnya dipikok warna pirang. Seperti anak punk. Dan lebih parahnya lagi, perempuan itu pun hanya memakai pakaian yang bisa dikatakan seperti kekurangan bahan. Entah siapa yang salah dan siapa yang benar, saya tidak akan memihak siapa yang benar dan siapa yang salah. Dan yang jelas keduanya tidak mungkin harus dibenarkan.
Entah yang keberapa kali saya harus menyampaikannya. Saya hanya bisa mengatkan, bahwa bila perempuan tiada dapat kendalikan pandangan lelaki, namun ia bisa tutupi auratbya dengan hijab syar'i. Bukankah itu sebaik-baiknya pelindung? Dan lelaki memang punya nafsu. Tapi ia bisa mengendalikan tergantung apa yang dilihatnya. Duhai betapa indah bila karunia-Nya disesuaikan aturan dari-Nya. Dan siapa yang memperindah dirinya dihadapan Allah, bukankah Allah akan baguskan dirinya dihadapan manusia.
0 Komentar