Momen pada 00.00




Kembang api berteriak membelah angkasa, suaranya menggema. Warnanya hijau, merah, kuning, bersinar. Bentuknya seperti bunga mekar, lalu layu, dan menghilang. Bunyi terompet merambat ke celah indera pendengaran. Aku, sesekali menutupnya. Menutup telinga, bukan, yang kututup adalah kenangan manis.

1 januari 2012, dua tahun yang lalu. Sebelumnya, ada rahasia yang kau simpan, tentu, kau membuatku penasaran. Kau mengatakan, bisakah aku menemuimu di malam itu. Aku tidak mengetahui apa yang kau pikirkan dan apa yang akan kau lakukan. Sejenak kumencerna kata itu dalam. Dan kau bilang ini begitu penting, bagiku hanya sebuah pertumuan seperti biasanya. Kulihat kesungguhanmu berharap, dari pesan yang kau sirat, kumerasakan tulisan itu ditulis oleh hati.

Sekarang, aku sudah berada disampingmu. Bagiku ini adalah kali pertama aku duduk bersamamu, memandang langit  tak  berbintang. Mungkin, semua bintang terhalangi oleh indahnya dirimu dimataku, lalu ke hati. Bahagia. Apakah kau merasakan hal yang sama detakan hatiku lebih cepat, kurasa kau merasakannya juga. Dari mana aku harus mengawali perbincangan denganmu, sedang, mulutku terkunci oleh hati yang sedang berbunga, bersamamu. Sesekali kugesekan antara telapak tanganku, hanya sekedar menghangatkan malam dingin yang menusuk hingga ke tulang. Kau, masih manis duduk di sampingku, menatap langit kosong.

Teringat apa yang dikatakan siang tadi. Permintaanmu sudah kupenuhi, bertemu denganmu. Tapi, setelah itu, apa yang akan kau lakukan. Segudang penasaran hadir dalam benakku. Kucoba menanyakannya, tapi kau balas “belum saatnya”. Lagi, rasa penasaranku semakin kuat saat mendengar dua kata yang keluar pelan. Tidak ada yang bisa kulakukan selain menunggu. Hingga saatnya, dalam hitungan mundur, kembang api meluncur ke angkasa bebas, beragam warna, tapi satu suara. “Sayang,” kata itu tanpa permisi mendarat di telingaku. “selamat ulang tahun ya.” Penuh kasih penuh lirih, aku tercengang, bengong. dia tersenyum lebar, aku balas lebih lebar. Mungkin kata itu yang kami tunggu dari tadi.” Tiga kata yang sangat berarti, dan itu baru kurasakan pertama kali, yang diucapkan seorang gadis yang kucintai. “terimakasih ya.” Dan boneka kecil hitam putih.

1 Januari 2013. Tentang kenangan itu, setahun yang lalu, sudah kubuang dalam di lembaran masa lalu. Hidup kita sudah tak bersama, namun jalan kita masih sama. Saat kuputuskan hubungan terlarang itu, tapi hubungan kita masih tak terputus, aku mengetahui kabarmu dari pesan singkat. Jarak kita membentang jauh, tapi hatiku, masih tersimpan namamu, aku belum bisa melupakan itu. Hingga saatnya tiba, ulang tahunku, kupikir tak ada lagi yang mengatakan semanis masa lalu.

Sebelum kembang api itu meluncur bebas, aku tak kuasa menahan kantuk yang menyerang mataku.
Hingga aku tertidur pulas. Entah kenapa pukul 01:00 ingatanku tentangmu membangunkan aku, terasa ada kata masa lalu mengalir di telinga ini, ah, hanya sebuah mimpi. Handphone di sampingku mati. Kucoba hidupkan kembali. Dan, beberapa pesan berdesakan masuk mengucapkan selamat tahun baru, hanya itu, lalu ada pesan yang terselip, pesannya berderet bukan satu atau dua pesan, sekitar sepuluh pesan yang masuk. Kucoba membuka dengan jemari, mata yang masih kantuk.

Hatiku menegang tak percaya, “Selamat Ulang Tahun, ya.” Ditambah simbol smile diakhirnya kalimat itu, betapa senangnya, walau hanya sebuah kata-kata. Tak seperti tahun lalu yang terucap langsung dari bibirmu, ah, kenangan.
Selain itu, bahagiaku bukan sampai disitu, lebih dari kata-kata yang kusirat. Aku melihat perjuanganmu. Aku yakin, sebelum pukul 00:00 kau sudah rangkai kata-kata itu, kau sudah berniat untuk mengucapkan itu, bila tidak, kenapa bersusah payah untuk tidak tidur, ya, handphone-ku tak aktif saat itu, hingga kau pun mengirim `beberapa pesan, lebih. Demi untuk mengucapkan “selamat ulang tahun.” padaku. Ah akankan semua itu terulang kembali di pukul 00:00 nanti?

26 Desember 2013
yang sedang
menunggu momen
di pukul 00:00

Posting Komentar

0 Komentar