Sastra Biologi




Sebenarnya ingin kuceritakan semua masalah yang ada di dalam hati ini. Tetapi aku sedikit malu untuk mengungkapkan atau menceritakannya. Karena aku sendiri orangnya paling tidak begitu suka curhat kepada seseorang secara langsung. Entah itu kepada lelaki ataupun perempuan. Aku lebih suka memilih teman curhatku kepada kertas putih setelah kepada Allah. Bahkan orang terdekatku, teman, sahabat, orang tua, mungkin mereka semua tidak tahu apa yang sedang aku rasakan saat ini. Maka dengan menulis ini bisa berkesempatan untuk menceritakannya.

Semua itu bermula saat aku sudah lulus sekolah dan ingin melanjutkan ke jenjang lebih tinggi, yaitu dunia perkuliahan. Ya, ada rasa bahagia andai aku bisa melanjutkannya. Sebenarnya orang tuaku ragu, ragu untuk melanjutkan aku berkuliah karena masalah ekonomi. Namun semangat dan tekadku ingin melanjutkan mengalahkan keraguan itu. Akhirnya dengan berdoa dan berusaha aku bisa mencapainya hingga sekarang ini.

Umumnya saat sebelum masuk ke perkuliahan aku terlebih dahulu memilih jurusan yang akan menjadi kualitas diri untuk masa depan, entah itu memang karena sesuai passion-nya atau hanya yang penting bisa kuliah. Sepertinya aku berada di antara salah satunya itu. Sebelumnya aku ingin berkuliah di kampus A, karena bila dilihat dari passion-nya, aku sangat suka dalam dunia sastra, karena itu aku berkeinginan ingin kuliah di kampus A tersebut. Sekali lagi, karena faktor ekonomi orang tuaku tidak diberi kesempatan untuk berkuliah di kampus A. Akhirnya, mau tidak mau aku harus menuruti kemaunnya, dan merekapun melihat sendiri kesungguhanku untuk berkuliah, maka mereka memperkuliahkan aku di kampus ini. Tadinya aku ragu, karena di sini tidak ada jurusan sesuai passion-ku, yaitu Sastra Indonesia. Nasi sudah menjadi bubur. Akhirnya aku memilih jurusan biologi. Bukan berarti aku tidak suka biologi, namun kesukaanku ke sastra lebih besar dari biologi. Kesukaanku bukanlah sejak dari lahir, kecil atau apapun. Sebenarnya aku menyukai itu hanya baru-baru ini. Baru-baru saat kelas tiga SMA.

Entah kenapa aku suka dengan sastra, mungkin karena aku suka dan sering berimajinasi. Ya, salah satunya berimajinasi dalam bentuk tulisan. Menulis adalah makanan pokok setiap harinya. Namun, bila dilihat kebelakang sebenarnya aku tidak niat dalam dunia tulis-menulis. Dari sejak SMA aku tidak niat menjadi seorang penulis. Tapi, semua bermula ketika ada salah satu kakak kelasku, ia sukses dengan tulisannya hingga tulisannya sudah dibukukan. Dari sana, aku sempat iri. Aku selalu membayangkan andai yang dibukukan adalah tulisanku. Lalu aku mencoba untuk menulis. Hingga waktu berganti waktu, entah kenapa ternyata menulis memang menyenangkan dan aku merasakan kenyamanan. Walau tulisanku masih tidak sesuai harapanan. Aku mengerti bahwa
ini adalah proses belajar. Ternyata  dari sini ada suatu kenyamanan bagiku. Dan dari sini juga akhirnya aku sudah menemukan passion-ku yang selama ini terkubur tak pernah kutemukan. Dari sini juga kesukaanku pada sastra semakin bertambah, karena memang sejak pertama kali mulai menulis itulah kesukaanku bertambah kepada sastra.

Dari sini aku sediki mengambil pelajaran. Ternyata bukan niat atau tidak untuk menulis, tapi mau atau tidak. walau niat juga harus diperlukan, tetapi menulis memang perlu action, sehingga niat saja tidak cukup. Karena menulis bukan persoalan bakat, yang diperlukan adalah mau atau tidak untuk menulis. Ya, usahaku menulis ternyata membuahkan hasil. Saat memenangkan sayembara menulis, tulisanku berhasil numpang dibukukan. Kesenangan itu bertambah saat buku tersebut sudah sampai ke Negeri Ginseng.


Akan tetapi, aku tidak berkecil hati masuk ke jurusan biologi. Walau sedikit. Aku tidak menyesal tidak melanjutkan memilih sastra. Walau sedikit. Karena memang ini sudah diatur oleh Allah. Benar saja, kesukaanku kepada biologi sedikit bertambah, walau tak sebesar dengan sastra. Aku sempat bertanya, apakah bila masuk jurusan biologi masih bisa untuk menulis? Apakah waktu menulisku terhambat? Pertanyaan itu selalu melayang-layang di pikiranku. Ya, memang sekenario Allah lebih indah, biarpun aku masuk di bidang biologi akhirnya aku masih bisa belajar menulis. Masuk di kampus ini aku dipertemukan dengan dunia jurnalistik (UKM FatsOeN) sehingga sedikitnya masih bisa belajar menulis. Ya, walaupun kenyataannya waktu untuk menulisku tidak semaksimal mungkin. Lalu terbersit dalam pikiran bagaimana bila sastra dan biologi aku satukan atau kuhubungkan menjadi satu. Ah apakah mungkin akan menjadi Sastra Biologi. Kurasa kenapa tidak bila sekarang passion-ku berada dikeduanya.

Posting Komentar

0 Komentar