Membicarakan Kebodohan


Aku heran kepada orang-orang yang tak pernah bertemu namun saling merindukan. Air mata suka sekali menjatuhkan diri dan terus berulang. Seperti tak ada siang atau mereka yang lebih menyukai malam daripada dirinya sendiri.

Lewat layar ponsel sudah menjadikannya seseorang di ruang tunggu. Mencemaskan nyala lampu dan bunyi-bunyi yang hafal terdengar dan mudah hilang. Pada saat lampu kamar dimatikan, tidur dan mengantuk tak dapat disatukan sebab seseorang yang ada di kepalanya.

Mereka berusaha menyetel lagu untuk mengingat padahal menyakitkan. Atau kembali membaca obrolan di ponsel berulang kali. Berharap kesedihan lebih dulu pergi daripada ingatan.

Aku heren mengapa mereka suka sekali merindukan yang membuatnya membakar dirinya sendiri. Menjadikan mata seperti musim kemarau dan purnama di sekelilingnya.

Aku heran kenapa aku harus berbicara di depan cermin dan melihat diriku telah menjadi abu.

Posting Komentar

0 Komentar